Tipe lakon yang digunakan pada teater Barat adalah drama, tragedi, satir, dan melodrama. Penjelasan mengenai tipe-tipe lakon akan dijelaskan sebagai berikut
Drama
Drama berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu draomai yang berarti “bertindak atau berbuat” (mengacu pada salah satu jenis pertunjukan) dan drame yang berasal dari kata Prancis yang diambil oleh Diderot dan Beaumarchaid yang berarti untuk menjelaskan lakon-lakon mereka tentang kehidupan kelas menengah. Dalam istilah yang lebih ketat berarti lakon serius yang menggarap satu masalah yang punya arti penting tapi tidak bertujuan mengagungkan tragika atau kematian. William Froug (1993) mendefinisikan drama sebagai lakon serius yang memiliki segala rangkaian peristiwa yang nampak hidup, mengandung emosi, konflik, daya tarik memikat serta akhir yang mencolok dan tidak diakhiri oleh kematian tokoh utamanya.
Drama juga bisa diartikan sebagai suatu kualitas komunikasi, situasi, aksi, dan segala apa saja yang terlihat dalam pentas baik secara objektif maupun secara subjektif, nyata atau khayalan yang menimbulkan kehebatan, keterenyuhan, dan ketegangan perasaan para pendengar atau penonton. Bisa juga diartikan sebagai suatu bentuk cerita konflik sikap dan sifat manusia dalam bentuk dialog yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan gerak di hadapan pendengar maupun penonton. Dengan mengacu pada definisi tersebut, dapat dijelaskan bahwa drama adalah salah satu jenis lakon serius dan berisi kisah kehidupan manusia yang memiliki konflik yang rumit dan penuh daya emosi, tetapi tidak mengagungkan sifat tragedi. Contoh lakon-lakon drama adalah Hedda Gabler, An Enemy of the People, Brand A Doll’s House, Pillars of Society, Ghosts (Henrik Ibsen).
Baca juga tipe lakon komedi
Tragedi
Tragedi berasal dari kata tragoidia (bahasa Yunani), tragedy (bahasa Inggris), tragedie (bahasa Perancis) yaitu penggabungan kata tragos yang berarti “kambing” dan kata aeidein yang berarti “nyanyian”. Jadi, tragedi adalah nyanyian yang dinyanyikan untuk mengiringi kambing sebelum dibaringkan di atas altar untuk dikorbankan. Pengorbanan kambing dilakukan pada saat upacara untuk menghormati dewa Dionysos yang dianggap sebagai dewa kesuburan. Bisa jugakata tersebut diartikan untuk menyebut kostum kambing yang dikenakan olehaktor ketika memainkan lakon satir. Lakon tragedi menurut Aristoteles adalah lakon yang meniru sebuah aksi yang sempurna dari seorang tokoh besar dengan menggunakan bahasa yang menyenangkan supaya para penonton merasa iba dan ngeri sehingga penonton mengalami pencucian jiwa atau mencapai katarsis
Kalau dikaji lebih lanjut, definisi tragedi menurut Aristoteles yaitu lakon tragedi memerlukan aksi yang sempurna. Dengan aksi yang sempurna diharapkan mempunyai daya pikat yang tinggi, padat, kompleks, dan sublim. Dengan aksi yang sempurna diharapkan penonton mencapai katarsis (penyucian jiwa). Tokoh yang besar diharapkan mampu menghadirkan efek tragis yang besar. Jadi lakon tragedi sebenarnya bukan lakon yang bercerita tentang duka cita dan kesedihan tetapi lakon yang bertujuan untuk mengoncang jiwa penonton sehingga lemas, tergetar, merasa ngeri sekaligus juga merasa iba. Pendeknya, penonton menyadari betapa kecil dan rapuhnya jiwa manusia di depan kedahsyatan suratan takdir.
Drama
Drama berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu draomai yang berarti “bertindak atau berbuat” (mengacu pada salah satu jenis pertunjukan) dan drame yang berasal dari kata Prancis yang diambil oleh Diderot dan Beaumarchaid yang berarti untuk menjelaskan lakon-lakon mereka tentang kehidupan kelas menengah. Dalam istilah yang lebih ketat berarti lakon serius yang menggarap satu masalah yang punya arti penting tapi tidak bertujuan mengagungkan tragika atau kematian. William Froug (1993) mendefinisikan drama sebagai lakon serius yang memiliki segala rangkaian peristiwa yang nampak hidup, mengandung emosi, konflik, daya tarik memikat serta akhir yang mencolok dan tidak diakhiri oleh kematian tokoh utamanya.
Drama juga bisa diartikan sebagai suatu kualitas komunikasi, situasi, aksi, dan segala apa saja yang terlihat dalam pentas baik secara objektif maupun secara subjektif, nyata atau khayalan yang menimbulkan kehebatan, keterenyuhan, dan ketegangan perasaan para pendengar atau penonton. Bisa juga diartikan sebagai suatu bentuk cerita konflik sikap dan sifat manusia dalam bentuk dialog yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan gerak di hadapan pendengar maupun penonton. Dengan mengacu pada definisi tersebut, dapat dijelaskan bahwa drama adalah salah satu jenis lakon serius dan berisi kisah kehidupan manusia yang memiliki konflik yang rumit dan penuh daya emosi, tetapi tidak mengagungkan sifat tragedi. Contoh lakon-lakon drama adalah Hedda Gabler, An Enemy of the People, Brand A Doll’s House, Pillars of Society, Ghosts (Henrik Ibsen).
Baca juga tipe lakon komedi
Tragedi
Tragedi berasal dari kata tragoidia (bahasa Yunani), tragedy (bahasa Inggris), tragedie (bahasa Perancis) yaitu penggabungan kata tragos yang berarti “kambing” dan kata aeidein yang berarti “nyanyian”. Jadi, tragedi adalah nyanyian yang dinyanyikan untuk mengiringi kambing sebelum dibaringkan di atas altar untuk dikorbankan. Pengorbanan kambing dilakukan pada saat upacara untuk menghormati dewa Dionysos yang dianggap sebagai dewa kesuburan. Bisa jugakata tersebut diartikan untuk menyebut kostum kambing yang dikenakan olehaktor ketika memainkan lakon satir. Lakon tragedi menurut Aristoteles adalah lakon yang meniru sebuah aksi yang sempurna dari seorang tokoh besar dengan menggunakan bahasa yang menyenangkan supaya para penonton merasa iba dan ngeri sehingga penonton mengalami pencucian jiwa atau mencapai katarsis
Kalau dikaji lebih lanjut, definisi tragedi menurut Aristoteles yaitu lakon tragedi memerlukan aksi yang sempurna. Dengan aksi yang sempurna diharapkan mempunyai daya pikat yang tinggi, padat, kompleks, dan sublim. Dengan aksi yang sempurna diharapkan penonton mencapai katarsis (penyucian jiwa). Tokoh yang besar diharapkan mampu menghadirkan efek tragis yang besar. Jadi lakon tragedi sebenarnya bukan lakon yang bercerita tentang duka cita dan kesedihan tetapi lakon yang bertujuan untuk mengoncang jiwa penonton sehingga lemas, tergetar, merasa ngeri sekaligus juga merasa iba. Pendeknya, penonton menyadari betapa kecil dan rapuhnya jiwa manusia di depan kedahsyatan suratan takdir.
Menurut Aristoteles, ada enam elemen yang ada dalam lakon tragedi, yaitu sebagai berikut
- Plot adalah susunan kejadian atau insiden. Lakon tragedi adalah imitasi perbuatan manusia dan perbuatan ini akan menghasilkan aksi-aksi atau insiden yang membuat adanya tragedi.
- Watak atau karakter adalah ciri khas tokoh yang terlibat dalam kejadian atau insiden. Melalui watak atau karakter inilah penonton mengidentifikasikan dirinya dalam lakon tragedi.
- Pikiran-pikiran merupakan kemampuan untuk mengekspresikan hal-hal yang perlu dan cocok untuk situasi. Dalam lakon, harus ada pembicaraanpembicaraan yang mengandung pemikiran-pemikiran yang universal.
- Diksi adalah gaya atau cara dalam menyusun dan menampilkan kata-kata sebagai upaya untuk mengekspresikan maksud penulis lakon. Dalam lakon tragedi, kata-kata disusun dan diucapkan dengan cara puitis.
- Musik yang berfungsi untuk memberikan rasa kesenangan dan mengarahkan emosi-emosi penonton
.Spektakel (mise en scene) elemen ini merupakan elemen nonpersonal,
tetapi lebih pada elemen pendukung pementasan dari lakon tragedi. Elemen
ini berfungsi untuk mengarahkan emosi penonton pada suasana tragis.
Para penulis lakon tragedi adalah sebagai berikut.
- Sophocles: Antigone, Oedipus Tyrannus, dan Oedipus at Colonus (trilogi Oedipus
- Aeschylus: Agamemnon, The Libatian Bearers, The Furies (trilogi Oresteia)
- Euripides: Medea, Hyppolitus, Ion, Electra, The Trojan Woman, Cyclops
- Shakespeare: Hamlet, Macbeth, Romeo and Juliet, Antony and Cleopatra, King Lear, Julius Caesar, Othello
- Henrik Ibsen: Mrs. Alving, A Doll’s House
- Arthur Miller: The Crucible, All My Sons, Death of a Salesman
- Seneca: Phaedra