Setiap teater yang lahir dan berkembang di daerah memiliki keunikan dan ciri khas sendiri. Masing-masing keunikan itu terlihat pada bentuk, cara penampilan, pemakaian kostum, alat pendukung, properti, dan sebagainya. Berikut ini dijelaskan keunikan dari teater mak yong.
1. Pengertian
Mak yong adalah seni peran berbentuk lakonan cerita. Setengah abad yang lalu, seni pertunjukan ini hidup dan berkembang di beberapa tempat dalam kawasan Kepulauan Riau, berfungsi sebagai hiburan rakyat di pesisir pantai.
2. Nama dan Etimologi
Jika diperhatikan pada perkataannya, “mak yong” seolah-olah merupakan nama orang. Mak artinya ibu, yong dalam bahasa Melayu Lama artinya sulung atau orang pertama. Jadi, ibu yang sulung. Ada pula yong dalam bahasa Melayu Lama yang berarti buncit perut. Buyong adalah orang mengandung sampai 9 bulan. Tentu artinya, seorang ibu yang perutnya buncit.
3. Unsur Lakonan
Teater tradisional mak yong pada hakikatnya merupakan seni pertunjukan khas kerakyatan yang mengandung unsur lakon dalam cerita yang dimainkan penuh dengan semarak bunyi- bunyian. Tiupan nafiri, pukulan gendang panjang, dan gedombak, paluan mong serta breng, dan gung. Sementara itu, lawak jenaka dan tari-menari secara anyam-menganyam serta jalin-berjalin menjadi suatu kesatuan pertunjukan yang dipertontonkan dalam waktu tertentu. Namun, pola cerita mak yong masih berbau kerajaan tempo dulu. Berikut ini merupakan beberapa unsur pada teater mak yong. Jika unsur tersebut disatukan, akan menjadi satu kesatuan yang padu.
a. Unsur lakon baik dalam wujud yang sederhana maupun yang kompleks.
b. Unsur cerita yang diperankan oleh beberapa orang pemain.
c. Unsur musik.
d. Unsur lawak jenaka.
e. Unsur tari.
f. Unsur nyanyi.
g. Unsur penonton secara berkomunikatif, kadang-kadang ikut aktif dan terlibat dalam satuan ataupun susunan permainan.
4. Urutan Segmen Teateral
Dari awal hingga berakhirnya alur cerita dalam pertunjukan mak yong, pola permainannya secara mentradisi terbagi atas beberapa tahap, yaitu sebagai berikut.
Teater tradisional mak yong pada hakikatnya merupakan seni pertunjukan khas kerakyatan yang mengandung unsur lakon dalam cerita yang dimainkan penuh dengan semarak bunyi- bunyian. Tiupan nafiri, pukulan gendang panjang, dan gedombak, paluan mong serta breng, dan gung. Sementara itu, lawak jenaka dan tari-menari secara anyam-menganyam serta jalin-berjalin menjadi suatu kesatuan pertunjukan yang dipertontonkan dalam waktu tertentu. Namun, pola cerita mak yong masih berbau kerajaan tempo dulu. Berikut ini merupakan beberapa unsur pada teater mak yong. Jika unsur tersebut disatukan, akan menjadi satu kesatuan yang padu.
a. Unsur lakon baik dalam wujud yang sederhana maupun yang kompleks.
b. Unsur cerita yang diperankan oleh beberapa orang pemain.
c. Unsur musik.
d. Unsur lawak jenaka.
e. Unsur tari.
f. Unsur nyanyi.
g. Unsur penonton secara berkomunikatif, kadang-kadang ikut aktif dan terlibat dalam satuan ataupun susunan permainan.
4. Urutan Segmen Teateral
Dari awal hingga berakhirnya alur cerita dalam pertunjukan mak yong, pola permainannya secara mentradisi terbagi atas beberapa tahap, yaitu sebagai berikut.
a. Buang Basa atau Buka Tanah
Buang basa atau buka tanah dilakukan sebagai upacara pendahuluan sebelum pertunjukan dimulai. Hakikat buang basa ini untuk menghalau segala jembalang dan penunggu tanah tempat bermain supaya tidak mengganggu jalannya pertunjukan. Sebagai perlengkapan upacara, ketua panjak yang mengetuai pergelaran itu mempersiapkan alat-alat, yaitu:
(1) sebuah pedupa yang berisi bara api;
(2) kemenyan;
(3) sekapur sirih;
(4) segulung rokok daun nipah; dan
(5) sebintil tembakau sumpal atau sentil.
(1) sebuah pedupa yang berisi bara api;
(2) kemenyan;
(3) sekapur sirih;
(4) segulung rokok daun nipah; dan
(5) sebintil tembakau sumpal atau sentil.
Barang-barang tersebut, pada hakikatnya sebagai upah untuk para jembalang yang akan disampaikan dalam sebuah mantera yang dibacakan oleh ketua panjak.
b. Mak Senik Buka Kipas Awang
Permulaan adegan, didahului dengan Mak Senik atau mak yong membuka kipas yang menutupi muka Awang Peran. Setelah masing-masing bergelar
b. Mak Senik Buka Kipas Awang
Permulaan adegan, didahului dengan Mak Senik atau mak yong membuka kipas yang menutupi muka Awang Peran. Setelah masing-masing bergelar
- Awang Peran : “Hai Senik si Mak Senik, inilah Awang si Awang Peran!”
- Mak Senik : “Hai Awang si Awang Peran, sini Mak Senik bawa hang berlakon peran!” Awang mulai berseloka dan menari, diikuti oleh mak yong yang berlakon tuan putri. Para dayang pengasuh pun bermunculan serta terlibat dalam peranpembukaan lakon.
c. Lakon atau Peran
Pelaksanaan peran alur cerita secara beruntun, hingga Awang Peran dapatmengalahkan Batok si pengganggu suasana.
Pelaksanaan peran alur cerita secara beruntun, hingga Awang Peran dapatmengalahkan Batok si pengganggu suasana.
d. Buang Bala
Pelakon yang berperan sebagai Batok atau si penjahat yang telah dikalahkan oleh Awang Peran itu, menelentangkan topeng yang dipakainya. la digiring oleh Awang Peran ke tengah-tengah penonton, dan memohon derma alakadarnya. Saat itu, para dayang dan inang menari dan menyanyi di panggung sebagai hiburan penjeda waktu sambil berperan pula seperti mengasuh tuan putri di taman. Para penggemar pada saat itu boleh melempar uang dan hadiah-hadiah lainnya ke atas panggung sebagai sumbangan. Hal itu karena pertunjukan mak yong itu tidak pernah memungut bayaran. Setelah selesai Awang Peran berkeliling dengan Batok sambil menghitung uang yang didapatnya tadi. Adegan selanjutnya berjalan hingga akhir.
e. Penutup
Para inang dan dayang pengasuh maju ke depan panggung, lalu menari sambil bernyanyi secara beramai-ramai dengan iringan lagu.
Pelakon yang berperan sebagai Batok atau si penjahat yang telah dikalahkan oleh Awang Peran itu, menelentangkan topeng yang dipakainya. la digiring oleh Awang Peran ke tengah-tengah penonton, dan memohon derma alakadarnya. Saat itu, para dayang dan inang menari dan menyanyi di panggung sebagai hiburan penjeda waktu sambil berperan pula seperti mengasuh tuan putri di taman. Para penggemar pada saat itu boleh melempar uang dan hadiah-hadiah lainnya ke atas panggung sebagai sumbangan. Hal itu karena pertunjukan mak yong itu tidak pernah memungut bayaran. Setelah selesai Awang Peran berkeliling dengan Batok sambil menghitung uang yang didapatnya tadi. Adegan selanjutnya berjalan hingga akhir.
e. Penutup
Para inang dan dayang pengasuh maju ke depan panggung, lalu menari sambil bernyanyi secara beramai-ramai dengan iringan lagu.
5. Unsur Penampilan
Dalam lakonan mak yong, para pemainnya merupakan tokoh simbolis yang bersifat karikatural.
Dalam lakonan mak yong, para pemainnya merupakan tokoh simbolis yang bersifat karikatural.
- Awang Pengasuh, yang disebut juga Awang Peran memegang peranan khadam, pesuruh, dan rakyat jelata yang sifatnya selalu beruntung karena kecerdikannya.
- Mak Senik, disebut juga mak yong pemegang peranan sebagai permaisuri dan tuan putri yang perlu perlindungan Awang Pengasuh.
- Pak Yong, dipanggil Cik Wang yang berperan sebagai raja ataupun pangeran.
- Batok, disebut juga Pembatak yang suka membuat onar dan kejahatan.
- Pembatak Binatang, laki-laki yang berwajah binatang buas
- Inang, dimainkan oleh laki-laki bertopeng putih dengan wajah tersenyum.
- Dayang, terdiri atas wanita dengan pakaian yang gemerlapan. Suatu keistimewaan dalam peran mak yong yaitu tokoh-tokohnya permanen.
6. Hubungan Unsur Lakon
Topeng merupakan alat penutup wajah pemain laki-laki sesuai dengan peran yang dibawakannya. Oleh karena itu, teater mak yong tidak terikat pada mimik. Pemainnya hanya menonjolkan gerak dan tingkah laku. Seorang pemain bisa saja memegang dua hingga tiga peran setelah ia mengenakan topeng berwajah lain. Berikut ini beberapa topeng dalam mak yong.
Topeng merupakan alat penutup wajah pemain laki-laki sesuai dengan peran yang dibawakannya. Oleh karena itu, teater mak yong tidak terikat pada mimik. Pemainnya hanya menonjolkan gerak dan tingkah laku. Seorang pemain bisa saja memegang dua hingga tiga peran setelah ia mengenakan topeng berwajah lain. Berikut ini beberapa topeng dalam mak yong.
- Topeng Awang Pengasuh, berwajah lusuh dalam keadaan tertawa. Warnanyamerah, putih, bergaris-garis hitam, dan hidungnya bulat tanpa batang hidung.
- Topeng Batok, berwajah kejam dan jahat dalam keadaan cemberut. Warnanya ada yang merah polos, ada pula yang hitam berbintik-bintik putih, sebelah hitam dan sebelah putih, sebelah merah sebelah hitam, dan coreng-moreng.
- Topeng Pembatak, berbentuk binatang-binatang buas dan garang.
- Topeng Inang, berwajah tersenyum dan manis. Warnanya putih dan ada pula putih berbintik-bintik hitam ataupun merah.
Musik merupakan pengantar setiap lakon ataupun peran. Pemain musik saat memainkan alat-alat yang dipegangnya tidak boleh lengah sekejap pun. Hal itu karena setiap langkah dan gerak-gerik pemain harus diikuti dengan musik. Pertukaran setiap adegan pun digerakkan oleh musik.
7. Bahasa
Masyarakat Mantang Arang umumnya polilingual. Mereka mengerti bahasa Melayu Lama dan dapat pula berbahasa Indonesia. Karena itulah, dalam lakon mak yong, para seniman setempat memakai dialek Melayu Lama dan sesekali berbicara dalam bahasa Indonesia.
7. Bahasa
Masyarakat Mantang Arang umumnya polilingual. Mereka mengerti bahasa Melayu Lama dan dapat pula berbahasa Indonesia. Karena itulah, dalam lakon mak yong, para seniman setempat memakai dialek Melayu Lama dan sesekali berbicara dalam bahasa Indonesia.
8. Cerita
Cerita-cerita mak yong diperankan hanya menurut penuturan lisan, hafal di luar kepala saja, tidak didahului dengan penulisan naskah dalam bentuk skenario. Cerita-cerita mak yong yang laris dan berulang kali dimainkan hingga bertahan setengah abad, yaitu sebagai berikut.
a) Segunung Intan
b) Raja Mahniaya
c) Putra Lokan
d) Wak Perambun
Cerita-cerita mak yong diperankan hanya menurut penuturan lisan, hafal di luar kepala saja, tidak didahului dengan penulisan naskah dalam bentuk skenario. Cerita-cerita mak yong yang laris dan berulang kali dimainkan hingga bertahan setengah abad, yaitu sebagai berikut.
a) Segunung Intan
b) Raja Mahniaya
c) Putra Lokan
d) Wak Perambun
e) Tuan Putri Rakne Mas
f) Nenek dan Daru
g) Awang Putih