Masa Kerajaan
Masa kerajaan ini ditandai oleh masuknya pengaruh luarsebagai unsur asing antara lain kebudayaan Cina, Hindu-Buddha, Islam, dan Barat. Pengaruh kebudayaan Cina kurang mendapat perhatian oleh para peneliti, karena kemungkinan dasar kepercayaan yang hampir sama dengan masyarakat pribumi, yaitu percaya kepada roh-roh leluhur, sehingga kurang begitu nyata pada perubahan sistem kemasyarakatannya.
Adegan pengaruh Hindu-Buddha sangat nyata pada stratifikasi sosial yang hierarkis yang ditandai dengan adanya sistem kelassosial, yaitu masyarakat adat atau rakyat dan masyarakat bangsawan atau istana. Dengan adanya dua kelas sosial ini maka muncul dua wajah tari yang disebut tari rakyat dan tari istana atau tari klasik. Tarian yang terkenal ciptaan para raja, khususnya di Jawa, adalah bentuk teater tari seperti Wayang wong dan Bedhayaketawang. Dua tarian ini merupakan pusaka raja Jawa. Namunselanjutnya Wayang wong lebih berkembang di Keraton Yogyakarta, sedangkan Bedhaya ketawang berkembang di Keraton Surakarta.
Pengaruh kebudayaan Islam lebih berkembang di Sumatra. Cerita-cerita yang dibawakan lewat hafalan dan nyanyian selalu menonjolkan warna Islam secara jelas, contohnya tari Shaman di Aceh. Tarian ini mengutamakan gerakan dan tepukan tangan pada badan penari yang dilakukan sambil duduk dengandiiringi vokal yang mendendangkan syair keagamaan.Selain itu, pengaruh Islam tampak pula pada tari-tarian di Sumatra Barat, Minangkabau. Ciri khas tarian diMinangkabau banyak mengolah gerak-gerak beladiri seperti pencak silat. Di daerah pantai Kalimantan terdapat tarian yang menitikberatkan pada langkah kaki seperti tari-tarian Melayu.
Pengaruh kebudayaan Barat dalam bidang tari di istana-istana Jawa berhubungan dengan lepasnya kekuasaan politik raja kepada pihak Barat, sehingga sejak abad ke-18 sampai awal abad ke-20 keraton hanya berperan dalam pengembangan kebudayaan. Oleh karena itu berkembang pula ciptaan-ciptaan tari seperti tari Serimpi (tarian yang ditampilkan oleh empat orang penari wanita). Pertunjukan Wayang Wong masih dipentaskan sangat meriah sesuai dengan fungsinya sebagai ritual kenegaraan. Di sisi lain, pengaruh barat ini menyebabkan munculnya tarian di luar konteks adat. Secara koreografis, pengaruh Barat kurang dapat dilihat dalam tarian Indonesia. Kenyataan ini sangat berbeda dengan bidang musik. Bentuk musik hasil penyesuaian antara musik rakyat Indonesia dengan pengaruh Barat terdapat pada gambang keromong, tanjidor, langgam jawa, keroncong, dangdut, dan sebagainya.