Gaya penampilan pertunjukan teater Barat secara mendasar dibagi ke dalam tiga gaya besar, yaitu presentasional, representasional (realisme), dan postrealistic.
1. Gaya Presentasional
Hampir semua teater klasik menggunakan gaya ini dalam pementasannya. Gaya presentasional memiliki ciri khas, “pertunjukan dipersembahkan khusus kepada penonton”. Bentuk-bentuk teater awal selalu menggunakan gaya ini karena memang sajian pertunjukan mereka benar-benar dipersembahkan kepada penonton. Teater Barat yang termasuk dalam gaya ini adalah sebagai berikut.
a. Teater Klasik Yunani dan Romawi.
b. Teater abad pertengahan.
c. Commedia dell’arte, teater abad 18.
Unsur-unsur gaya presentasional adalah sebagai berikut.
- Para pemain bermain langsung di hadapan penonton. Artinya, karya seni pemerananyang ditampilkan oleh para aktor di atas pentas benar-benar disajikan kepada penonton sehingga bentuk ekspresi wajah, gerak, wicara sengaja diperlihatkan lebih kepada penonton daripada antarpemain.
- Gerak para pemain diperbesar (grand style), menggunakan wicara menyamping (aside), dan banyak melakukan solilokui (wicara seorang diri).
- Menggunakan bahasa puitis dalam dialog dan wicara.
Berikut ini beberapa lakon yang biasa dan dapat dipentaskan dengan gaya presentasional.
a. Romeo and Juliet, Piramus dan Thisbi, Raja Lear, Machbeth (William Shakespeare)
b. Akal Bulus Scapin, Tartuff, Tabib Gadungan (Moliere)
c. Oidipus (Sophocles)
2. Gaya Representasional (Realisme)
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi pada abad 19, bersama itu pula teknik tata lampu dan tata panggung maju pesat sehingga para seniman teater berusaha dengan keras untuk mewujudkan gambaran kehidupan di atas pentas. Perwujudan dari usaha ini melahirkan gaya yang disebut representasional atau biasa disebut realisme. Gaya ini berusaha menampilkan kehidupan secara nyata di atas pentas, sehingga apa yang disaksikan oleh penonton seolah-olah bukan sebuah pentas teater tetapi potongan cerita kehidupan yang sesungguhnya. Para pemain beraksi seolah-olah tidak ada penonton yang menyaksikan. Tata artistik diusahakan benar-benar menyerupai situasi sesungguhnya. Gaya realisme sangat memesona karena berbeda sekali dengan gaya representasional. Para penonton tidak jarang ikut hanyut dalam laju cerita, sehingga mereka merasakan bahwa apa yang terjadi di atas pentas adalah kejadian sesungguhnya.
a. Romeo and Juliet, Piramus dan Thisbi, Raja Lear, Machbeth (William Shakespeare)
b. Akal Bulus Scapin, Tartuff, Tabib Gadungan (Moliere)
c. Oidipus (Sophocles)
2. Gaya Representasional (Realisme)
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi pada abad 19, bersama itu pula teknik tata lampu dan tata panggung maju pesat sehingga para seniman teater berusaha dengan keras untuk mewujudkan gambaran kehidupan di atas pentas. Perwujudan dari usaha ini melahirkan gaya yang disebut representasional atau biasa disebut realisme. Gaya ini berusaha menampilkan kehidupan secara nyata di atas pentas, sehingga apa yang disaksikan oleh penonton seolah-olah bukan sebuah pentas teater tetapi potongan cerita kehidupan yang sesungguhnya. Para pemain beraksi seolah-olah tidak ada penonton yang menyaksikan. Tata artistik diusahakan benar-benar menyerupai situasi sesungguhnya. Gaya realisme sangat memesona karena berbeda sekali dengan gaya representasional. Para penonton tidak jarang ikut hanyut dalam laju cerita, sehingga mereka merasakan bahwa apa yang terjadi di atas pentas adalah kejadian sesungguhnya.
Baca juga gaya seni teater barat post realistic.
Unsur-unsur gaya representasional adalah sebagai berikut.
Unsur-unsur gaya representasional adalah sebagai berikut.
- Aktor saling bermain di antara mereka beranggapan seolah-olah penonton tidak ada, sehingga mereka benar-benar memainkan sebuah cerita seolah-olah sebuah kenyataan.
- Menciptakan dinding keempat (the fourth wall) sebagai pembatas imajiner antara penonton dan pemain.
- Konvensi seperti wicara menyamping (aside) dan soliloki sangat dibatasi.
- Menggunakan bahasa sehari-hari
Berikut ini beberapa lakon yang biasa dan dapat dipentaskan dengan gaya representasional.
- Kebun Cherry, Burung Manyar, Penagih Hutang, Pinangan (Anton Chekov)
- Hedda Gabbler, Hantu-hantu, Musuh Masyarakat (Henrik Ibsen) Dalam perkembangannya, lakon gaya representasional atau realisme ini melahirkan gaya-gaya baru yang masih berada dalam ruang lingkupnya yaitu; naturalisme, realisme selektif, dan realisme.
Naturalisme merupakan sub gaya realisme yang paling ekstrem. Gaya ini menghendaki sajian pertunjukan yang benar-benar mirip dengan kenyataan. Setiap detail dan struktur tata panggung harus benar-benar mirip seperti aslinya sehingga panggung merupakan potret kehidupan sesungguhnya. Naturalisme selain menuntut pendekatan ilmiah, juga percaya bahwa kondisi manusia amat ditentukan oleh faktor lingkungan dan keturunan. Dalam praktiknya, kaum naturalisme banyak mengungkapkan kemerosotan dan kebobrokan masyarakat golongan bawah. Drama-drama mereka penuh dengan kebusukan manusia dan hal-hal yang tidak menyenangkan dalam kehidupan. Panggung harus menggambarkan kenyataan sebenarnya yang mereka ambil dari kehidupan nyata.
Tokoh naturalisme yang sangat penting ialah Emile Zola. Ia berkata bahwa “Bukan drama, tetapi kehidupan yang harus disajikan pada penonton”. Sebagai gerakan teater, naturalisme hanya hidup sampai 1900. Setelah itu, realisme yang semakin berpengaruh seiring dengan perkembangan teknologi terutama kelistrikan yang dapat digunakan untuk menunjang teknik pemanggungan. Realisme selektif merupakan cabang gaya realisme yang memilih atau menyeleksi detail tertentu dan digabungkan dengan unsur-unsur simbolik dalam menyajikan keseluruhan tata ruang yang ada di atas pentas. Misalnya, dinding, pintu dan jendela dibuat seperti aslinya, tetapi atap rumah hanya dtampilkan dalam bentuk kerangka. Adapun realisme sugestif menggunakan bagian-bagian dari bangunan atau ruang yang dipilih dan ditampilkan secara mendetail untuk memberikan gambaran sugestif bentuk keseluruhannya. Misalnya, satu tiang ditampilkan untuk memberikan gambaran ruang istana dengan bantuan tata lampu yang mendukung, selebihnya adalah imajinasi.
Tokoh naturalisme yang sangat penting ialah Emile Zola. Ia berkata bahwa “Bukan drama, tetapi kehidupan yang harus disajikan pada penonton”. Sebagai gerakan teater, naturalisme hanya hidup sampai 1900. Setelah itu, realisme yang semakin berpengaruh seiring dengan perkembangan teknologi terutama kelistrikan yang dapat digunakan untuk menunjang teknik pemanggungan. Realisme selektif merupakan cabang gaya realisme yang memilih atau menyeleksi detail tertentu dan digabungkan dengan unsur-unsur simbolik dalam menyajikan keseluruhan tata ruang yang ada di atas pentas. Misalnya, dinding, pintu dan jendela dibuat seperti aslinya, tetapi atap rumah hanya dtampilkan dalam bentuk kerangka. Adapun realisme sugestif menggunakan bagian-bagian dari bangunan atau ruang yang dipilih dan ditampilkan secara mendetail untuk memberikan gambaran sugestif bentuk keseluruhannya. Misalnya, satu tiang ditampilkan untuk memberikan gambaran ruang istana dengan bantuan tata lampu yang mendukung, selebihnya adalah imajinasi.